Jakarta, CNBC Indonesia – Nilai tukar rupiah dalam melawan dolar Amerika Serikat (AS) hari ini nampaknya akan cukup cerah. Pasalnya, prospek tekanan dari tren kenaikan suku bunga AS sudah kian mereda.
Melansir data Refinitiv, pada perdagangan kemarin, Rabu (3/1/2024) rupiah ditutup melemah 0,06% ke posisi Rp15.475/US$. Pelemahan ini melanjutkan pelemahan rupiah pada perdagangan perdana tahun 2024.
Pelemahan rupiah pada perdagangan kemarin terjadi di tengah sikap wait and see para pelaku pasar perihal data yang akan dirilis AS terutama risalah Bank sentral AS The Federal Reserve (The Fed).
Semalam pada waktu Kamis dini hari waktu Indonesia (4/1/2024) akhirnya The Fed mengeluarkan risalah rapat Federal Open Market Committee (FOMC) minutes yang hasilnya menunjukkan pejabat The Fed mulai nyaman dengan laju inflasi AS.
Risalah juga menunjukkan adanya diskusi awal mengenai kemungkinan memangkas suku bunga karena laju inflasi sudah mengarah ke sasaran mereka. Namun, belum ada penjelasan mengenai kapan pemangkasan akan dilakukan.
“Dalam pembahasan prospek kebijakan, para peserta memandang suku bunga kebijakan kemungkinan berada pada atau mendekati puncak siklus pengetatan ini, meskipun mereka mencatat bahwa jalur kebijakan sebenarnya akan bergantung pada bagaimana perekonomian berkembang,” kata notulen tersebut dilansir dari CNBC International.
Pejabat The Fed sepakat jika masih dibutuhkan data untuk kebijakan lebih lanjut, Mereka mulai menunjukkan kekhawatiran mengenai dampak suku bunga tinggi yang lama terhadap ekonomi AS.
Mereka mempertimbangkan apakah kebijakan “kemungkinan besar saat ini berada pada atau mendekati puncaknya” seiring dengan melambatnya inflasi dan dampak kenaikan suku bunga tampaknya berjalan sesuai rencana.
Seperti diketahui, The Fed menahan suku bunga acuan di level 5,25-5,5% pada pertemuan Desember 2023. Pejabat The Fed menilai sudah ada kemajuan dalam upaya mereka menekan inflasi. Faktor gangguan pasokan yang selama ini membuat inflasi melonjak sudah mulai memudar.
Dokumen “dot plot menunjukkan partisipan memperkirakan adanya pemangkasan suku bunga dalam tiga tahun ke depan untuk membawa inflasi ke target sasaran 2%.
“Dalam proyeksinya, semua partisipan mengindikasikan adanya perbaikan dalam outlook inflasi. Baseline proyeksi mengindikasikan jika suku bunga yang lebih rendah akan tepat pada akhir 2024,” tulis FOMC.
Hasil risalah FOMC Minutes yang menunjukkan nada positif semakin dilengkapi dengan perhitungan CME FedWatch Tool yang memproyeksi the Fed akan memangkas suku bunga pada pertemuan FOMC kedua tahun ini.
Pertama, proyeksi the Fed pada pertemuan bulan ini akan menahan kembali suku bunga, peluangnya sudah dominan mencapai 90,75%. Kemudian, proyeksi pada pertemuan bulan Maret the Fed diperkirakan bisa memangkas suku bunga sekitar 25 basis poin (bps) dengan peluang sebesar 64,7%.
Teknikal Rupiah
Secara teknikal, dalam basis waktu per jam pergerakan rupiah dalam melawan dolar AS masih dalam tren sideways. Paling dekat, rupiah bisa menguat menguji support terdekat di Rp15.460/US$. Posisi tersebut didapatkan dari double garis rata-rata selama 50 jam dan 100 jam atau moving average 50 dan 100 (MA50 dan MA100).
Sementara itu, pelaku pasar juga tetap perlu mencermati resistance terdekat sebagai antisipasi jika ada pembalikan arah di posisi Rp15.510/US$. Posisi tersebut didapatkan dari garis horizontal berdasarkan high candle yang pernah teruji pada 22 Desember 2023. https://tampansamping.com/